Belajar dari ibu

30 puluh tahun yang lalu saya bisa merasakan pedasnya cabe karena ibu yang memaksa saya makan cabe karena saya mengucap kata-kata persahabatan khas surabaya "JANCOK" untuk memanggil seorang kawan dan sehabis itu saya tahu bahwa kata-kata itu tidak boleh di ucapkan sembarangan

30 puluh tahun yang lalu tangan saya pernah dipukul karena "mengambil" uang untuk sewa komik di toko buku langganan dan sehabis itu saya tahu bahwa itu yang dinamakan mencuri

30 puluh tahun yang lalu saya sering diajak ibu jalan berdua ke pasar keputran hanya untuk membeli nasi rawon, soto, es teh dan seperti biasa saya selalu minta tambah nasi tanpa perduli kalau ibu memang juga menahan lapar dan haus setelah sama-sama menahan teriknya kota surabaya dan setelah itu saya tahu bahwa itu yang dinamakan berbagi

Kenakalan dan kenekatan berlanjut terus sampai masuk bangku kuliah

Sering sekali saya harus berbohong kepada ibu hanya demi keinginan mendaki gunung yang saya tahu jika saya bilang pasti tidak diijinkan, terlalu banyak kebohongan yang terucap hanya demi memuaskan nafsu belaka

Sering sekali ibu mengadakan selametan kecil dengan menu bubur merah putih hanya demi keselamatan saya selama pendakian berhari-hari di hutan yang kesemuanya itu tidak bermakna apapun bagi saya

Tidak pulang ke rumah dengan alasan belajar bersama di kampus bisa menjadi senjata utama walaupun di kampus saya hanya memuaskan hasrat bermain bersama teman-teman sampai pagi

Tahun 96 saat saya harus meninggalkan kota Surabaya untuk merantau ke Jakarta, ibu mengantar saya ke stasiun pasar turi

Saya tahu ibu menahan keharuan untuk berpisah sedangkan saya tidak merasakan apapun juga, semua terasa biasa saja tanpa makna apapun

Waktu berlalu begitu cepat dan hubungan dengan ibu berlangsung biasa seperti layaknya orang kebanyakan

Dan beberapa tahun ini saya baru menyadari bahwa kesukaan saya akan seni musik ternyata berasal dari ibu yang sering pentas menyanyikan lagu keroncong

Dari ibu pula saya bisa belajar menghabiskan uang untuk belanja yang sangat bertolak belakang dengan ayah yang seorang akuntan

Dari ibu pula saya banyak belajar melayani pembeli dengan baik walaupun saat itu dagangan gado-gado ibu yang rasanya enak habis laris terbeli tanpa tahu keuntungan berapa yang masuk ke dalam kantong

Tetapi sekarang ibu harus tergolek lemas diatas tempat tidur karena sakit stroke yang di derita selama bertahun-tahun

Sudah berbagai macam cara pengobatan dilakukan dan hasilnya masih tetap sama saja

Saat ini yang bisa saya lakukan hanyalah memenuhi segala permintaan ibu walaupun ibu tidak pernah meminta

Saat ini yang bisa saya lakukan hanyalah melakukan amalan-amalan yang terbaik dengan harapan semoga ibu bisa bahagia yang saya sendiri juga tidak tahu apakah hal ini bisa membahagiakan ibu

Hanya satu keinginan ibu yang belum bisa saya penuhi yaitu pergi ke tanah suci

Semoga keinginan ibu yang satu ini bisa segera saya wujudkan walaupun kondisi ibu saat ini tidak memungkinkan, amin....

Salam sukses dunia akherat,

http://prakom.com
http://twitter.com/rawiPrakom
http://facebook.com/rawi.wahyudiono