Nasib "teknisi" yang tidak mau berubah
Di surabaya saya kenal penjual tahu tek-tek dorongan yang sangat enak sejak tahun 90-an dan sampai sekarang masih juga ndorong gerobak.
Temenku seorang teknisi komputer yang kukenal sejak 7 tahun lalu ternyata sampai sekarang masih saja sibuk kesana-kemari ngerjakan order sendirian.
Seorang tua tukang kayu dekat rumah yang terkenal bagus kerjaannya ternyata sampai sekarang masih juga mengerjakan sendiri tanpa perlu dibantu orang lain.
Dari mereka semua ternyata "maaf" kehidupan dunia-nya tidak berubah, tetep "disitu-situ" aja tidak ada penambahan aset secara fisik.
Setiap kali saya bertanya kepada mereka ternyata jawabannya selalu sama, yaitu.... 1. Takut nanti kalau sepi tidak bisa menggaji orang.
2. Tidak berani melakukan perubahan karena mereka "sering" ditipu sama anak buah
dan masih banyak beribu-ribu alasan lagi yang jadi kelihatan masuk akal "kalau emang mau dimasukkan ke akal...."
Kepada mereka saya selalu bilang bahwa semuanya itu tergantung dari mimpi dan tujuan hidup kita.
Lebih baik diniatkan menggaji karyawan itu dengan tujuan membagi rejeki dengan orang lain dan menambah kekayaan perusahaan agar bisa lebih banyak lagi zakat yang bisa dikeluarkan.
Sebetulnya untuk urusan karyawan ini sangat sepele sekali, cukup panggil orang untuk mengerjakan pekerjaan rutin kita lalu kita "tahan nafas" untuk sementara waktu sambil melebarkan sayap penjualan dan kita target diri kita sendiri selama 3 bulan harus bisa bener-bener mampu menggaji staff baru ini.
Bagaiman "teknisi", apakah masih mau pontang-panting ngerjain order sendiri selama bertahun-tahun..??
Rawi Wahyudiono
Temenku seorang teknisi komputer yang kukenal sejak 7 tahun lalu ternyata sampai sekarang masih saja sibuk kesana-kemari ngerjakan order sendirian.
Seorang tua tukang kayu dekat rumah yang terkenal bagus kerjaannya ternyata sampai sekarang masih juga mengerjakan sendiri tanpa perlu dibantu orang lain.
Dari mereka semua ternyata "maaf" kehidupan dunia-nya tidak berubah, tetep "disitu-situ" aja tidak ada penambahan aset secara fisik.
Setiap kali saya bertanya kepada mereka ternyata jawabannya selalu sama, yaitu.... 1. Takut nanti kalau sepi tidak bisa menggaji orang.
2. Tidak berani melakukan perubahan karena mereka "sering" ditipu sama anak buah
dan masih banyak beribu-ribu alasan lagi yang jadi kelihatan masuk akal "kalau emang mau dimasukkan ke akal...."
Kepada mereka saya selalu bilang bahwa semuanya itu tergantung dari mimpi dan tujuan hidup kita.
Lebih baik diniatkan menggaji karyawan itu dengan tujuan membagi rejeki dengan orang lain dan menambah kekayaan perusahaan agar bisa lebih banyak lagi zakat yang bisa dikeluarkan.
Sebetulnya untuk urusan karyawan ini sangat sepele sekali, cukup panggil orang untuk mengerjakan pekerjaan rutin kita lalu kita "tahan nafas" untuk sementara waktu sambil melebarkan sayap penjualan dan kita target diri kita sendiri selama 3 bulan harus bisa bener-bener mampu menggaji staff baru ini.
Bagaiman "teknisi", apakah masih mau pontang-panting ngerjain order sendiri selama bertahun-tahun..??
Rawi Wahyudiono