Belajar arti CUKUP dari masjid
Selama I'tikaf di masjid agung ciamis saya benar-benar belajar dan meresapi apa arti CUKUP dalam hidup
Saya banyak belajar kepada orang-orang yang berinteraksi dengan masjid seperti jamaah I'tikaf, tukang bersih-bersih masjid, pedagang keliling dll
Di masjid ini saya ketemu dengan seorang kakek-kakek yang merelakan waktu uang dan tenaganya untuk membersihkan masjid setiap hari
Dengan kondisi badan setengah bungkuk dan jalan yang selalu terpincang-pincang dengan mata yang tidak normal sebelah, si kakek rajin mengerjakan tugasnya dari pukul 6 pagi sampai waktu ashar menjelang
Transport dari rumah PP harus keluar 20.000 dan pendapatan yang diterima tidak mencukupi untuk hidup sehari-hari
Sewaktu saya bertanya kenapa masih tetap ingin melakukan ini..??
Jawabannya sangat mengejutkan, "saya hanya ingin beramal saja untuk masjid, ikhlas untuk masjid dan yang penting masih cukup buat orang dirumah"
Jawaban yang membuat saya harus berpikir 1000x sebelum mengajukan pertanyaan lainnya karena jawabannya sudah menjawab semua pertanyaan
Di lain waktu saya ngobrol dengan penjual patung kayu yang selalu menggelar dagangannya di halaman masjid dan selalu tidur di masjid beralaskan terpal dagangan dan berselimut sarung
"Pak barang-barang ini darimana ambilnya," tanyaku
"dari brebes mas," jawabnya
"Hah brebes...??? Jauh amat pak jualannya. Terus barang-barang ini dibawa keliling-keliling apa tidak berat..??"
"Gak apa-apa pak, ini sama dengan ibadah," jawab bapak tadi
Sekali lagi saya terkejut mendengar jawaban ini dan saya tidak mengira akan dijawab seperti itu karena beberapa pedagang yang saya temui selalu menjawab dengan orientasi dunia
Dan ada lagi jawaban yang bikin saya terkejut sewaktu saya bertanya "kenapa jualannya di halaman masjid bukannya di alun-alun yang banyak orang.?"
"Gak apa-apa disini saja biar dekat sama masjid," jawabnya
Saya jadi bingung sendiri dengan jawaban ini karena sangat bertolak belakang dengan semua teori marketing
Dan sewaktu saya bertanya tentang jumlah uang hasil jualannya perhari, lagi-lagi jawabannya juga membuat saya kagum
"Hasilnya nggak banyak pak, yang penting cukup untuk makan dan badan saya bisa sehat aja, sisanya baru saya simpan untuk (kebutuhan) rumah" jawab bapak penjual mainan
Saat itu kita ngobrol selepas sahur dan saya lihat bapak tadi sudah siap-siap mau jalan lagi setelah sahur
"Mau kemana sekarang pak.? Tidak jualan lagi disini.?" Tanyaku
"Saya mau ke pasar dulu mas," jawabnya
"Oh iya ati-ati ya pak, tapi angkot jam segini belum ada pak, bapak mau naik apa.?" Tanyaku
"Jalan kaki aja ke pasar mas"
Thueeeng...... Masjid ke pasar jaraknya 5 km dan jika ditempuh dengan jalan kaki sambil mikul mainan maka bisa-bisa puasa bisa batal, lalu saya lanjut bertanya
"Apa nggak capek ke pasar jalan kaki, nanti puasanya bisa batal pak..?"
"Nggak apa-apa mas, itung-itung ibadah bulan puasa," jawabnya,
Subhanallah...., jawaban yang memberi pelajaran banyak arti
Di lain waktu sewaktu kami semua sangat ingin minum kopi yang warungnya ada dekat masjid, salah seorang bapak nyeletuk...
"Kita tidak usah beli kopi, kita nikmati yang ada aja, kita cukupkan yang ada saja, jika tidak ada ya..., jangan di ada-adakan..." Kata bapak
Kita akhirnya tidak jadi beli kopi walaupun bisa tetapi kita belajar mencukupkan yang ada saja sambil bersyukur atas rejeki yang dilimpahkan oleh Allah
Dan ternyata esok harinya ada stand Kopi yang sedang promosi di halaman masjid dan membagi-bagi sample minum kopi sepuasnya, Alhamdulillah.... Allah Maha Besar
Melihat pengalaman-pengalaman diatas akhirnya banyak merubah motivasi dan cara pandang saya akan arti CUKUP yang walaupun dalam beberapa hal masih harus banyak belajar
Belajar arti CUKUP dalam hal omzet, margin, aset, sedekah, pertumbuhan, sales dan lainnya
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu di beri kekayaan dan kecukupan oleh Allah SWT, amin
Saya banyak belajar kepada orang-orang yang berinteraksi dengan masjid seperti jamaah I'tikaf, tukang bersih-bersih masjid, pedagang keliling dll
Di masjid ini saya ketemu dengan seorang kakek-kakek yang merelakan waktu uang dan tenaganya untuk membersihkan masjid setiap hari
Dengan kondisi badan setengah bungkuk dan jalan yang selalu terpincang-pincang dengan mata yang tidak normal sebelah, si kakek rajin mengerjakan tugasnya dari pukul 6 pagi sampai waktu ashar menjelang
Transport dari rumah PP harus keluar 20.000 dan pendapatan yang diterima tidak mencukupi untuk hidup sehari-hari
Sewaktu saya bertanya kenapa masih tetap ingin melakukan ini..??
Jawabannya sangat mengejutkan, "saya hanya ingin beramal saja untuk masjid, ikhlas untuk masjid dan yang penting masih cukup buat orang dirumah"
Jawaban yang membuat saya harus berpikir 1000x sebelum mengajukan pertanyaan lainnya karena jawabannya sudah menjawab semua pertanyaan
Di lain waktu saya ngobrol dengan penjual patung kayu yang selalu menggelar dagangannya di halaman masjid dan selalu tidur di masjid beralaskan terpal dagangan dan berselimut sarung
"Pak barang-barang ini darimana ambilnya," tanyaku
"dari brebes mas," jawabnya
"Hah brebes...??? Jauh amat pak jualannya. Terus barang-barang ini dibawa keliling-keliling apa tidak berat..??"
"Gak apa-apa pak, ini sama dengan ibadah," jawab bapak tadi
Sekali lagi saya terkejut mendengar jawaban ini dan saya tidak mengira akan dijawab seperti itu karena beberapa pedagang yang saya temui selalu menjawab dengan orientasi dunia
Dan ada lagi jawaban yang bikin saya terkejut sewaktu saya bertanya "kenapa jualannya di halaman masjid bukannya di alun-alun yang banyak orang.?"
"Gak apa-apa disini saja biar dekat sama masjid," jawabnya
Saya jadi bingung sendiri dengan jawaban ini karena sangat bertolak belakang dengan semua teori marketing
Dan sewaktu saya bertanya tentang jumlah uang hasil jualannya perhari, lagi-lagi jawabannya juga membuat saya kagum
"Hasilnya nggak banyak pak, yang penting cukup untuk makan dan badan saya bisa sehat aja, sisanya baru saya simpan untuk (kebutuhan) rumah" jawab bapak penjual mainan
Saat itu kita ngobrol selepas sahur dan saya lihat bapak tadi sudah siap-siap mau jalan lagi setelah sahur
"Mau kemana sekarang pak.? Tidak jualan lagi disini.?" Tanyaku
"Saya mau ke pasar dulu mas," jawabnya
"Oh iya ati-ati ya pak, tapi angkot jam segini belum ada pak, bapak mau naik apa.?" Tanyaku
"Jalan kaki aja ke pasar mas"
Thueeeng...... Masjid ke pasar jaraknya 5 km dan jika ditempuh dengan jalan kaki sambil mikul mainan maka bisa-bisa puasa bisa batal, lalu saya lanjut bertanya
"Apa nggak capek ke pasar jalan kaki, nanti puasanya bisa batal pak..?"
"Nggak apa-apa mas, itung-itung ibadah bulan puasa," jawabnya,
Subhanallah...., jawaban yang memberi pelajaran banyak arti
Di lain waktu sewaktu kami semua sangat ingin minum kopi yang warungnya ada dekat masjid, salah seorang bapak nyeletuk...
"Kita tidak usah beli kopi, kita nikmati yang ada aja, kita cukupkan yang ada saja, jika tidak ada ya..., jangan di ada-adakan..." Kata bapak
Kita akhirnya tidak jadi beli kopi walaupun bisa tetapi kita belajar mencukupkan yang ada saja sambil bersyukur atas rejeki yang dilimpahkan oleh Allah
Dan ternyata esok harinya ada stand Kopi yang sedang promosi di halaman masjid dan membagi-bagi sample minum kopi sepuasnya, Alhamdulillah.... Allah Maha Besar
Melihat pengalaman-pengalaman diatas akhirnya banyak merubah motivasi dan cara pandang saya akan arti CUKUP yang walaupun dalam beberapa hal masih harus banyak belajar
Belajar arti CUKUP dalam hal omzet, margin, aset, sedekah, pertumbuhan, sales dan lainnya
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu di beri kekayaan dan kecukupan oleh Allah SWT, amin
Salam sukses dunia akherat,