Mbak Yenni SHP dan pak Adi sama-sama jualan tapi beda omzet
Hari ini adalah untuk yang kesekian kalinya kami sekeluarga mengunjungi pameran buku dan pameran komputer di JCC. Ajang pameran sudah menjadi jadwal kunjungan tetap bagi kami sekeluarga mulai dari pameran buku, otomotif, flora dan fauna, mebel dan sebagainya.
Kunjungan ke pameran tidak selalu harus beli barangnya tetapi kami gunakan sebagai ajang rekreasi keluarga dan bagi saya pribadi sebagai tempat untuk melihat-lihat produk yang ada sambil mencari inspirasi buat jualan.
Ada cerita menarik dari 2 sahabat saya mengenai keikutsertaannya di pameran. Yang pertama pak Adi yang ikut pameran Pipe and Plumbing di komplek PRJ Kemayoran. Sebelum keikutsertaannya ini pak Adi banyak mendapat ejekan dari kawan-kawannya yang semua bernada merendahkan dan ajakan agar tidak ikut pameran karena persiapannya masih kurang.
Tetapi seperti biasa, pak Adi pantang menyerah, dia tetap ikut pameran dengan “modal” seadanya. Di pameran ini pak Adi hanya berharap dapat 20 prospek karena melihat skala pameran yang besar dan pesertanya yang sangat beragam. Tetapi apa yang didapatkan..?? ternyata jumlah permintaan melonjak drastis sampai 120 permintaan dari berbagai macam user. Apa artinya ini..?? artinya bahwa pamerannya tepat sasaran dan “keuntungan” sudah ada didepan mata. Langkah berikutnya adalah follow up dan menjaga kualitas. Sebagai informasi saja, untuk ikut di pameran yang diadakan selama 5 hari ini pak Adi harus mengeluarkan dana sebesar 70 juta agar mendapatkan stand ukuran 3×5m.
Cerita kedua dari sahabat saya mbak yenni (istri eko SHP blogger Kompasiana) yang ikut serta di pameran buku di JCC. Keikutsertaannya ini adalah untuk yang ke 3 kalinya.
Ada cerita menarik dari mbak yenni ini. Pada pameran 1 mbak yenni mendapat untung besar. Pada pameran ke 2 mbak yenni rugi besar dan pada pameran ke 3 ini… belum tahu bagaimana hasilnya karena baru mulai. Tetapi ada nuansa berbeda di pameran yang ke 3 ini. Mbak yenni juga menjual buku karangan suaminya yang berjudul pakDhe Ngeblog yang sudah dijual terlebih dahulu di ITB dan di beberapa tempat. Dengan penjualan buku ini diharapkan bisa menambah profit.
Selain itu, pada pameran ke 3 ini mbak yenni sudah menjadi anggota komunitas bisnis TDA (Tangan Di Atas) dimana kebanyakan membernya itu adalah para pebisnis. Sedikit banyak hal ini mempengaruhi pola pikir mbak yenni dalam berjualan dan ternyata hasilnya memang sangat berbeda sekali dibandingkan dengan mbak yenni yang dulu.
Selain mendapatkan profit, mbak yenni berjualan buku dan segala macam pernak-pernik untuk membiayai sebuah TK di Surabaya. TK ini masih sangat banyak membutuhkan bantuan. Ada sebuah mimpi dari mbak yenni mengenai pendidikan ini yaitu mbak yenni ingin memberikan sebuah sekolah gratis buat semuayangingin sekolah di sekolahnya. Semoga segala niatnya dimudahkan oleh Allah SAW…. amin
Semoga ajang pameran ini dan pameran-pameran yang lainnya bisa mengangkat produk-produk lokal dimana akhirnya bisa digunakan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Salam sukses dunia akherat,
Kunjungan ke pameran tidak selalu harus beli barangnya tetapi kami gunakan sebagai ajang rekreasi keluarga dan bagi saya pribadi sebagai tempat untuk melihat-lihat produk yang ada sambil mencari inspirasi buat jualan.
Ada cerita menarik dari 2 sahabat saya mengenai keikutsertaannya di pameran. Yang pertama pak Adi yang ikut pameran Pipe and Plumbing di komplek PRJ Kemayoran. Sebelum keikutsertaannya ini pak Adi banyak mendapat ejekan dari kawan-kawannya yang semua bernada merendahkan dan ajakan agar tidak ikut pameran karena persiapannya masih kurang.
Tetapi seperti biasa, pak Adi pantang menyerah, dia tetap ikut pameran dengan “modal” seadanya. Di pameran ini pak Adi hanya berharap dapat 20 prospek karena melihat skala pameran yang besar dan pesertanya yang sangat beragam. Tetapi apa yang didapatkan..?? ternyata jumlah permintaan melonjak drastis sampai 120 permintaan dari berbagai macam user. Apa artinya ini..?? artinya bahwa pamerannya tepat sasaran dan “keuntungan” sudah ada didepan mata. Langkah berikutnya adalah follow up dan menjaga kualitas. Sebagai informasi saja, untuk ikut di pameran yang diadakan selama 5 hari ini pak Adi harus mengeluarkan dana sebesar 70 juta agar mendapatkan stand ukuran 3×5m.
Cerita kedua dari sahabat saya mbak yenni (istri eko SHP blogger Kompasiana) yang ikut serta di pameran buku di JCC. Keikutsertaannya ini adalah untuk yang ke 3 kalinya.
Ada cerita menarik dari mbak yenni ini. Pada pameran 1 mbak yenni mendapat untung besar. Pada pameran ke 2 mbak yenni rugi besar dan pada pameran ke 3 ini… belum tahu bagaimana hasilnya karena baru mulai. Tetapi ada nuansa berbeda di pameran yang ke 3 ini. Mbak yenni juga menjual buku karangan suaminya yang berjudul pakDhe Ngeblog yang sudah dijual terlebih dahulu di ITB dan di beberapa tempat. Dengan penjualan buku ini diharapkan bisa menambah profit.
Selain itu, pada pameran ke 3 ini mbak yenni sudah menjadi anggota komunitas bisnis TDA (Tangan Di Atas) dimana kebanyakan membernya itu adalah para pebisnis. Sedikit banyak hal ini mempengaruhi pola pikir mbak yenni dalam berjualan dan ternyata hasilnya memang sangat berbeda sekali dibandingkan dengan mbak yenni yang dulu.
Selain mendapatkan profit, mbak yenni berjualan buku dan segala macam pernak-pernik untuk membiayai sebuah TK di Surabaya. TK ini masih sangat banyak membutuhkan bantuan. Ada sebuah mimpi dari mbak yenni mengenai pendidikan ini yaitu mbak yenni ingin memberikan sebuah sekolah gratis buat semuayangingin sekolah di sekolahnya. Semoga segala niatnya dimudahkan oleh Allah SAW…. amin
Semoga ajang pameran ini dan pameran-pameran yang lainnya bisa mengangkat produk-produk lokal dimana akhirnya bisa digunakan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Salam sukses dunia akherat,