Telah berpulang ayahanda yang telah meletakkan pondasi kehidupan

[caption id="attachment_767" align="alignleft" width="124" caption=" "][/caption]

Sekitar pukul 11-an siang hari ini tanggal 6-januari-2010, telah berpulang ayah saya menghadap ke Yang Maha Kuasa. Sangat tiba-tiba sekali buat saya yang pada akhir-akhir ini disibukkan dengan bermacam urusan mulai dari pekerjaan rutin di kantor, urusan pribadi dan urusan pemantapan segala macam planning di 2010.

Ada rasa yang hilang dengan adanya berita ini biarpun pada akhir hayatnya saya tidak bisa menungguin di samping beliau. Terlintas bermacam-macam kenangan masa kecil yang saya rasakan. Kayaknya baru kemarin saja saya mengalami berdua dengan ayahanda.

Teringat dulu saya sering diajak nonton film setiap hari sabtu, film yang sering kita lihat itu adalah film-film silat dengan bintang bruce lee dimana akhirnya film ini terbawa ke olahraga yang saya senangi yaitu beladiri ju-jitsu dengan predikat assisten pelatih.

Dengan ayahanda, saya mengenal pertama kali prinsip-prinsip ber-wirausaha walaupun beliau tidak mengajarkan secara langsung. Dengan ayahanda, saya meresapi benar apa itu artinya tertipu dan bangkrut dalam bisnis. Di sela-sela waktu luang sebagai karyawan di PT. BARATA Indonesia (salah satu BUMN terbesar di Indonesia) dengan jabatan terakhir sebagai kepala biro keuangan, beliau sering melakukan aktifitas penjualan seperti pembuatan sepatu, peternakan, jasa percetakan dan diantara semua usaha itu tidak ada yang berhasil dengan baik.

Di beberapa usaha itu saya dulu sudah disuruh untuk mencari barang ke supplier, berpanas-panas ke daerah pasar turi untuk mencari kulit/kalep sepatu dan kalau sudah jadi maka sepatunya saya disuruh makai ke sekolah sambil disuruh jualan. Waktu itu saya nggak mau pakai karena saya maunya sepatu yang ber-merk kayak Bally, Adidas, Nike dan sejenisnya. Ayah saya bisa membelikan sepatu itu tetapi beliau tidak mau.

Untuk percetakan, saya juga disuruh berhubungan dengan beberapa polisi untuk pembuatan SIM dan STNK. Selain itu saya juga di suruh untuk mencari orang yang bisa membuat kop surat, kwitansi dan sejenisnya dan saya juga disuruh untuk menjualnya juga.

Semua aktifitas itu membuat saya malas dan malu, maklum saya masih seneng hura-hura, malu kalau disuruh untuk jualan. Tetapi ayah saya tidak malu walaupun beliau menjabat jabatan yang tinggi di kantornya.

Saya merasa kehilangan...... saya merasa masih belum maksimal memberikan yang terbaik buat orang tua.... tidak sebanding apa yang setiap saya berikan dibandingkan dengan apa yang telah ayah berikan dan ajarkan di kehidupan ini.

Melalui beliau, saya merasakan hidup sederhana, beli baju hanya di bulan lebaran, setiap ada uang harus ada yang disisihkan buat ditabung. Setiap beliau tugas ke luar kota maka oleh-oleh yang sudah pasti itu adalah buku bacaan. Semua judul buku bacaan yang populer pada jaman itu saya punya semua. Mainan saya juga punya tetapi jumlahnya juga tidak banyak.

Saya tidak tahu harus bagaimana setelah ini................. saya kehilangan biarpun jarang bertemu, saya sudah dididik dengan keras agar bisa mencapai pendidikan tertinggi yang memang terbukti di kemudian hari.

Saya kehilangan.....................

Tulisan di sela-sela nunggu boarding di bandara