Pelajaran dari Gunung Bromo - Tour De Java part 9
Karena galih suka melihat gambar gunung Bromo di TV sewaktu maghrib dan sewaktu jeda iklan maka galih ngajak saya untuk naik ke gunung Bromo. Kebetulan sekali tanggal 27-September ada kumpul-kumpul ke rumah teman di daerah Malang jadi sekalian saja saya sekeluarga berangkat dari Malang karena lebih dekat jaraknya.
Jam 1.30 pagi saya sekeluarga bersama 1 kawan namanya ifan berangkat naik mobil menuju ke gunung Bromo dari kota Malang. Perjalanan ke arah Probolinggo melewati Tosari dan sepanjang perjalanan sangat sepi dan nyaman. Jalan berbelok-belok diselingi dengan belokan tajam yang menanjak sewaktu mau naik ke Tosari. Harus ekstra hati-hati ditambah kewaspadaan tinggi karena sangat jarang sekali rambu petunjuk jalan dan garis marka jalan juga sudah mulai hilang warnanya.
Sesampai di pintu gerbang Tosari kita harus beli tiket masuk, 1 orang 2.500 dan untuk mobil 6.000. Tetapi sesampai disini mobil saya parkir dan kami memilih melanjutkan menyewa mobil hardtop dengan sopir penduduk sekitar. Biaya sewanya 300.00 dengan rute ke penanjakan untuk melihat matahari terbit dan ke lautan pasir di kaki gunung bromo PP. Saran saya lebih baik kita menyewa mobil saja sebab perjalanan ke penanjakan dan ke lautan pasir sangat curam dan banyak belokan tajam, dibutuhkan mobil yang 4x4 biar kuat nanjak dan kuat untuk melibas lautan pasir. Selain itu sangat sayang sekali mobil kita jika harus baret-baret karena pasir dan memaksa mobil kita dengan kerja keras biar bisa melewati tanjakan dan lautan pasir.
Di penanjakan adalah salah satu lokasi favorit dan tertinggi untuk menikmati matahari terbit.Pemandangan sangat bagus sewaktu matahari sedikit demi sedikit menampakkan diri. Dengan melihat ini maka sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita masih diberi kenikmatan untuk melihat indahnya dunia dan mensyukuri setiap nikmat yang ada.
Setelah matahari agak tinggi maka perjalanan dilanjutkan ke lautan pasir. Jalan ka lautan pasir sangat jelek karena ada beberapa lubang yang sudah rusak aspalnya. Mobil hardtop saja harus menggunakan tgransmisi 4x4 pada beberapa tanjakan tertentu yang tentu saja jika kita menggunakan mobil 4x2 akan sangat susah sekali untuk menaklukkan.
Hardtop berhenti tepat di tengah lautan pasir dan dilanjutkan dengan jalan kaki. Bagi yang ingin menikmati sensasi lain bisa juga menggunakan kuda untuk bisa sampai ke kaki tangga gunung bromo. Untuk hal ini anak saya galih lebih memilih jalan kaki.
Sewaktu perjalanan saya melihat galih capek sekali karena sesekali harus melawan angin yang bercampur pasir dan jalanan cukup menanjak. Sudah saya tawarkan untuk naik kuda tetap aja nekat ngajak jalan kaki, ya sudah lumayan juga bisa ngirit 50.000 untuk ongkos naik kuda sekali jalan sampai ke kaki gunung Bromo.
Sepanjang perjalanan saya harus banyak cerita, banyak ngobrol untuk menghilangkan rasa capainya. Harus dialihkan perhatiannya dari rasa capek. Tetapi semua rasa capek setelah melewati lautan pasir dengan angin pasirnya dan juga setelah naik puluhan tangga bisa terbayarkan setelah sampai di puncak gunung bromo, di bibir kawah bisa terlihat asap putih yang masih mengepul dan bau belerang yang menyengat. Bisa kelihatan pemandangan sekitar yang sangat luas.
Galih sangat senang setelah sampai diatas. saya tunjukkan betapa jauhnya perjalanan yang ditempuh yang memang kelihatan sangat jelas dari puncak gunung bromo. saya tunjukkan betapa hebatnya galih bisa melewati jalan yang panjang dan akhirnya bisa sampai ke puncak.
Ada komentar dari galih yang saya ingat "ngapain ya yah harus naik kuda, jalan kaki aja kan bisa, pelan-pelan aja nanti kan juga sampai...". Kalau sudah begini, saya planning selanjutnya untuk mendaki ke gunung semeru entah sampai dimana kuatnya, bisa sampai ke danau ranupane atau danau ranukumbolo yang penting jalan dulu.
Perjalanan ke alam bebas sangat penting dikenalkan kepada putra-putri kita biar anak-anak kita tidak hanya mengenal mall saja. Kehidupan alam bebas bisa membantu daya juang anak agar bisa kuat dan saya pribadi banyak belajar dari alam bebas ini sewaktu aktif di Mapala kampus di STIKOM Surabaya.
Salam sukses dunia akherat,
Jam 1.30 pagi saya sekeluarga bersama 1 kawan namanya ifan berangkat naik mobil menuju ke gunung Bromo dari kota Malang. Perjalanan ke arah Probolinggo melewati Tosari dan sepanjang perjalanan sangat sepi dan nyaman. Jalan berbelok-belok diselingi dengan belokan tajam yang menanjak sewaktu mau naik ke Tosari. Harus ekstra hati-hati ditambah kewaspadaan tinggi karena sangat jarang sekali rambu petunjuk jalan dan garis marka jalan juga sudah mulai hilang warnanya.
Sesampai di pintu gerbang Tosari kita harus beli tiket masuk, 1 orang 2.500 dan untuk mobil 6.000. Tetapi sesampai disini mobil saya parkir dan kami memilih melanjutkan menyewa mobil hardtop dengan sopir penduduk sekitar. Biaya sewanya 300.00 dengan rute ke penanjakan untuk melihat matahari terbit dan ke lautan pasir di kaki gunung bromo PP. Saran saya lebih baik kita menyewa mobil saja sebab perjalanan ke penanjakan dan ke lautan pasir sangat curam dan banyak belokan tajam, dibutuhkan mobil yang 4x4 biar kuat nanjak dan kuat untuk melibas lautan pasir. Selain itu sangat sayang sekali mobil kita jika harus baret-baret karena pasir dan memaksa mobil kita dengan kerja keras biar bisa melewati tanjakan dan lautan pasir.
Di penanjakan adalah salah satu lokasi favorit dan tertinggi untuk menikmati matahari terbit.Pemandangan sangat bagus sewaktu matahari sedikit demi sedikit menampakkan diri. Dengan melihat ini maka sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita masih diberi kenikmatan untuk melihat indahnya dunia dan mensyukuri setiap nikmat yang ada.
Setelah matahari agak tinggi maka perjalanan dilanjutkan ke lautan pasir. Jalan ka lautan pasir sangat jelek karena ada beberapa lubang yang sudah rusak aspalnya. Mobil hardtop saja harus menggunakan tgransmisi 4x4 pada beberapa tanjakan tertentu yang tentu saja jika kita menggunakan mobil 4x2 akan sangat susah sekali untuk menaklukkan.
Hardtop berhenti tepat di tengah lautan pasir dan dilanjutkan dengan jalan kaki. Bagi yang ingin menikmati sensasi lain bisa juga menggunakan kuda untuk bisa sampai ke kaki tangga gunung bromo. Untuk hal ini anak saya galih lebih memilih jalan kaki.
Sewaktu perjalanan saya melihat galih capek sekali karena sesekali harus melawan angin yang bercampur pasir dan jalanan cukup menanjak. Sudah saya tawarkan untuk naik kuda tetap aja nekat ngajak jalan kaki, ya sudah lumayan juga bisa ngirit 50.000 untuk ongkos naik kuda sekali jalan sampai ke kaki gunung Bromo.
Sepanjang perjalanan saya harus banyak cerita, banyak ngobrol untuk menghilangkan rasa capainya. Harus dialihkan perhatiannya dari rasa capek. Tetapi semua rasa capek setelah melewati lautan pasir dengan angin pasirnya dan juga setelah naik puluhan tangga bisa terbayarkan setelah sampai di puncak gunung bromo, di bibir kawah bisa terlihat asap putih yang masih mengepul dan bau belerang yang menyengat. Bisa kelihatan pemandangan sekitar yang sangat luas.
Galih sangat senang setelah sampai diatas. saya tunjukkan betapa jauhnya perjalanan yang ditempuh yang memang kelihatan sangat jelas dari puncak gunung bromo. saya tunjukkan betapa hebatnya galih bisa melewati jalan yang panjang dan akhirnya bisa sampai ke puncak.
Ada komentar dari galih yang saya ingat "ngapain ya yah harus naik kuda, jalan kaki aja kan bisa, pelan-pelan aja nanti kan juga sampai...". Kalau sudah begini, saya planning selanjutnya untuk mendaki ke gunung semeru entah sampai dimana kuatnya, bisa sampai ke danau ranupane atau danau ranukumbolo yang penting jalan dulu.
Perjalanan ke alam bebas sangat penting dikenalkan kepada putra-putri kita biar anak-anak kita tidak hanya mengenal mall saja. Kehidupan alam bebas bisa membantu daya juang anak agar bisa kuat dan saya pribadi banyak belajar dari alam bebas ini sewaktu aktif di Mapala kampus di STIKOM Surabaya.
Salam sukses dunia akherat,