Sentilan Tuhan dari Tasikmalaya

Tadi siang terjadi gempa 7.3 skala richter dengan pusat gempa di Tasikmalaya. Getaran gempa terasa dimana-mana. Lokasi saya yang di Jatiasih bekasi sangat terasa sekali getarannya. Sewaktu terjadi gempa, saya sekeluarga langsung keluar rumah, saya lihat lampu jalanan bergerak-gerak, pohon bergetar, tembok rumah bunyi kriek.. kriek.., bener-bener suasana yang menegangkan. Beberapa tahun yang lalu saya juga pernah mengalami hal seperti ini di Jatiasih Bekasi tetapi kayaknya gempa saat ini adalah yang paling besar getarannya.

Sekedar kegelisahan... saya mendengar situasi terakhir berdasarkan kabar dari kawan-kawan di Garut, Bandung dan saudara di Ciamis dan Tasikmalaya. Mereka semua sampai artikel ini ditulis, rata-rata tidur di luar rumah dengan menggunakan tenda seadanya. Mereka takut masuk kerumah karena takut terjadi gempa lagi dan juga ada yang tidak berani masuk ke rumah lagi karena rumahnya sudah rata dengan tanah.

Saya mendengar sendiri lewat percakapan telepon dengan saudara di Ciamis yang sudah bisa tersambung setelah jam 7 malam yang sebelumnya saya hampir putus asa untuk menghubunginya karena tidak bisa nyambung terus.  Saya melihatnya di televisi mengenai kondisi terakhir di Tasikmalaya dan kota-kota lainnya. Sangat menyedihkan, beda jauh dengan kota yang sangat saya kenal, yang saya tidak asing lagi dengan situasi disana.

Saat ini banyak sekali kegiatan yang dibungkus dengan kata-kata PEDULI dari perusahaan-perusahaan, komunitas, pribadi, LSM atau apapun namanya. Menurut saya, inilah saatnya kita benar-benar PEDULI dengan saudara-saudara kita yang terkena musibah gempa yang menurut Metro TV ini adalah gempa yang lebih besar daripada gempa di Jogja.

Alangkah bijaksananya jika kita bagikan ke-PEDULI-an kita dengan saudara-saudara kita yang terkena musibah gempa secara langsung, kalau tidak bisa semua ya minimal sebagian atau mereka mendapatkan porsi yang lebih besar.

Memang kalau kita melihat soal kemiskinan atau kekurangan, hampir di semua sudut kota mengalaminya tetapi minimal harus ada skala prioritas. Mumpung belum terlanjur dan "mumpung" kita di dalam bulan suci Ramadhan, alangkah baiknya jika kita prioritaskan kepada saudara-saudara kita yang lebih susah kondisinya dibandingkan orang miskin di sekitar kita.

Saya tidak tahu apakah ini baik atau tidak tetapi yang jelas menurut saya, saya sangat berterima kasih sekali dengan adanya gempa ini sebab setelah selama beberapa hari saya mengikuti status di FB yang mengecam saudara serumpun kita Malaysia dengan kata-kata keras penuh kebencian, akhirnya Tuhan memberikan sedikit sentilan kepada kita untuk kembali ke fitrah di bulan yang suci ini, di bulan yang penuh rahmat ini. Kita tebarkan kebaikan kepada saudara-saudara kita biarpun mereka membenci kita dan Tuhan tidak akan tidur, Tuhan senantiasa melihat apa yang kita lakukan.

Tuhan menggunakan segala macam cara untuk mengingatkan umat yang sangat dikasihiNYA. Di bulan suci Ramadhan ini saya yakin Tuhan tidak akan menurunkan musibah tetapi Tuhan akan menurunkan rahmatnya yang lebih besar buat umat yang beriman dan yang mau berpikir.

Semoga kita semua termasuk umat yang beriman yang selalu di cintai oleh Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa tabah dan sabar dalam menghadapi semua rahmatNYA, yang dibungkusNYA dalam bentuk yang kita namakan musibah, bencana, ujian, cobaan atau apapun namanya.

Salam sukses dunia akherat,