Seandainya suasananya bisa berlanjut di luar bulan Ramadhan… ..- Tour De Java part 3
Tanggal 19-september takbir sudah berkumandang yang menandakan bahwa puasa Ramadhan sudah selesai. Semua orang bersuka cita menyambut datangnya lebaran. Seperti yang sudah berjalan selama ini, setiap malam takbir, di kampung kecil yang bernama Baregbeg di kota Ciamis, semua rumah mempersiapkan makanan kecil sebagai suguhan buat tamu.
Selepas maghrib semua makanan kecil khas kampung sudah disiapkan seperti kue salju, kacang goreng, kripik, tape, dll.
Sepanjang jalan di desa dipasang obor kecil yang terbuat dari bambu kecil yang dipasang sumbu kompor diatasnya dan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, suasana kampung menjadi berbeda dari biasanya, suasana malam-benar-benar seperti “lebaran”, sangat berbeda dengan situasi di “kampung” saya dulu yaitu Surabaya.
Untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga, di Ciamis ada suatu tempat yang letaknya di tengah kota yang biasa disebut alun-alun atau juga dikenal dengan nama Taman Raflesia. Karena letaknya tepat di tengah kota didepan masjid Jami Ciamis, maka banyak pedagang yang jualan disini dan banyak juga pengunjung dari berbagai macam umur, tua, muda kakek-kakek, nenek-nenek semua bercampur jadi satu. Situasinya persis seperti pasar malam yang ada di kota.
Esok paginya tanggal 20-september, aktifitas dimulai pukul 5 pagi, semua bersiap untuk melaksanakan sholat ied. Yang unik dari desa ini adalah, sholatnya dibedakan antara yang perempuan dan yang laki-laki, kenapa…. Karena di kampung ini mushollanya kecil-kecil jadi biar bisa tertampung semua jemaahnya maka lokasinya harus dipisah. Meskipun begitu, di musholla yang terdekat juga menyelenggarakan sholat ied juga jadi sewaktu sholat ied semua musholla terisi penuh. Subhannallah….
Silaturahmi bersama orang tua, keluarga, kakak, adik dilakukan setelah sholat ied. Saling memaafkan menjadi suasana yang penuh haru yang seringkali diselingi dengan isak tangis. Mungkinkah suasana seperti ini dirasakan juga diperkotaan…??
Suasana kampung menjadi sangat meriah… semua warga keluar rumah saling mengunjungi tetapi biasanya yang lebih muda mengunjungi kepada yang lebih tua. Ketemu di jalan… salaman, ketemu di rumah… salaman, ketemu di makam… salaman, pokoknya tiada waktu yang terlewatkan tanpa salaman.
Kegiatan rutin lainnya adalah mengunjungi makam leluhur yang letaknya tidak jauh dari desa, cukup berjalan kaki saja maka kita sudah sampai di lokasi. Bunga buat nyekar diambil saja bunga yang ada di sekitar kebun. Seluruh keluarga dan famili semuanya “wajib” datang ke makam walaupun tidak ada yang mempunyai ikatan batin secara langsung seperti saya.
Seandainya keakraban dan silaturahmi seperti ini bisa terjalin terus diluar bulan Ramadhan….. Seandainya sikap saling toleransi seperti ini bisa juga menular kepada semua orang….. SEMOGA
Salam sukses dunia akherat
Selepas maghrib semua makanan kecil khas kampung sudah disiapkan seperti kue salju, kacang goreng, kripik, tape, dll.
Sepanjang jalan di desa dipasang obor kecil yang terbuat dari bambu kecil yang dipasang sumbu kompor diatasnya dan minyak tanah sebagai bahan bakarnya, suasana kampung menjadi berbeda dari biasanya, suasana malam-benar-benar seperti “lebaran”, sangat berbeda dengan situasi di “kampung” saya dulu yaitu Surabaya.
Untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga, di Ciamis ada suatu tempat yang letaknya di tengah kota yang biasa disebut alun-alun atau juga dikenal dengan nama Taman Raflesia. Karena letaknya tepat di tengah kota didepan masjid Jami Ciamis, maka banyak pedagang yang jualan disini dan banyak juga pengunjung dari berbagai macam umur, tua, muda kakek-kakek, nenek-nenek semua bercampur jadi satu. Situasinya persis seperti pasar malam yang ada di kota.
Esok paginya tanggal 20-september, aktifitas dimulai pukul 5 pagi, semua bersiap untuk melaksanakan sholat ied. Yang unik dari desa ini adalah, sholatnya dibedakan antara yang perempuan dan yang laki-laki, kenapa…. Karena di kampung ini mushollanya kecil-kecil jadi biar bisa tertampung semua jemaahnya maka lokasinya harus dipisah. Meskipun begitu, di musholla yang terdekat juga menyelenggarakan sholat ied juga jadi sewaktu sholat ied semua musholla terisi penuh. Subhannallah….
Silaturahmi bersama orang tua, keluarga, kakak, adik dilakukan setelah sholat ied. Saling memaafkan menjadi suasana yang penuh haru yang seringkali diselingi dengan isak tangis. Mungkinkah suasana seperti ini dirasakan juga diperkotaan…??
Suasana kampung menjadi sangat meriah… semua warga keluar rumah saling mengunjungi tetapi biasanya yang lebih muda mengunjungi kepada yang lebih tua. Ketemu di jalan… salaman, ketemu di rumah… salaman, ketemu di makam… salaman, pokoknya tiada waktu yang terlewatkan tanpa salaman.
Kegiatan rutin lainnya adalah mengunjungi makam leluhur yang letaknya tidak jauh dari desa, cukup berjalan kaki saja maka kita sudah sampai di lokasi. Bunga buat nyekar diambil saja bunga yang ada di sekitar kebun. Seluruh keluarga dan famili semuanya “wajib” datang ke makam walaupun tidak ada yang mempunyai ikatan batin secara langsung seperti saya.
Seandainya keakraban dan silaturahmi seperti ini bisa terjalin terus diluar bulan Ramadhan….. Seandainya sikap saling toleransi seperti ini bisa juga menular kepada semua orang….. SEMOGA
Salam sukses dunia akherat