Surabaya surga kuliner - Tour De Java part 7
Kota Surabaya memang benar-benar surganya kuliner. Di setiap sudut kota selalu tersedia warung-warung yang jualan makanan baik itu makanan camilan, warung nasi yang kaki lima maupun warung permanen, sampai restoran mewah juga tersedia. Tinggal kitanya mau pilih makan dan suasana seperti apa.
Menurut pengamatan saya setelah beberapa hari di surabaya dalam rangka pulang mudik, dalam jarak beberapa meter antara warung satu dengan yang lainnya pasti ada warung makan atau tempat jajanan dan yang membikin saya heran adalah semua tempat makan itu rata-rata ramai dengan pembeli.
Hari-hari ini masih dalam suasana lebaran yang biasanya memang masih sepi karena banyak yang mudik tetapi di beberapa warung makan pinggir jalan sudah kelihatan antrian motor/mobil untuk beli makanan. Sampai-sampai saya berpikir... apakah mereka ini tidak masak di rumah ya..???
Hal ini sebetulnya tidak lepas dari kebiasaan orang Surabaya yang senang cangkruk "menghabiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol ngalor ngidul". Saya yang sejak lahir tinggal di Surabaya sangat menikmati sekali saat-saat cangkruk ini. Disaat itu kita bisa ngobrol lepas tanpa perlu kuatir apapun.
Situasi seperti ini tentu saja menggembirakan karena dengan banyaknya pedagang dan pembeli maka bisa mengangkat perekonomian masyarakat sekitar. Saya ambil contoh perhitungan sederhana, semalam saya ber-empat makan di suatu warung kakli lima yang jualan sego sambel, sesuai namanya ini adalah sego "nasi" yang dihidangkan dengan beberapa lauk pilihan kita seperti bebek goreng, ayam, ati ampela, tempe, tahu, dll yang lalu dihidangkan dalam cobek dengan sambel yang banyak dan tentu saja pedas banget sambelnya.
Kalau dihitung misal rata-rata setiap makan 1 orang menghabiskan 20.000, dan dalam sehari bisa menghabiskan 500 porsi "mungkin bisa lebih" maka mereka bisa mendapatkan omzet 10.000.000 dan kalau margin min 30% maka dalam semalam aja mereka bisa mendapatkan 3.000.000, sungguh sebuah nilai yang sangat LUAR BIASA untuk usaha kaki lima seperti ini.
Satu lagi tempat cangkruk di mall yang represntatif kepunyaan pengusaha lokal atau PTPN XII. Tempat ini disebut Cafe Rolass atau dalam bahasa Indonesia artinya cafe dua belas "12" sesuai dengan nama perusahaan yang membidangi usaha ini yaitu PTPN XII. Cafe ini lambat laun bisa menjadi pesaing keras dari Starbuck Cafe kepunyaan orang luar. Dibeberapa mall-mall yang tersebar di beberapa kota besar Indonesia juga sudah ada cafe-cafe dengan nama lokal dengan kepemilikan pengusaha lokal seperti Bengawan Solo, Coffee Toffe, dll.
Semua hal diatas sangat menggembirakan sekali sebab akan bisa menambah lapangan pekerjaan dan yang lebih penting lagi adalah kita bisa mencintai produk lokal yang tidak kalah hebatnya dengan produk luar. Cara-cara seperti ini bisa dicontoh oleh pengusaha dari daerah lain dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Semoga langkah ini bisa segera diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya dan juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah terhadap keberadaan merek lokal ini
Salam sukses dunia akherat,
Ciamis – Surabaya bersama Iwan Fals – Tour De Java part 6
Menurut pengamatan saya setelah beberapa hari di surabaya dalam rangka pulang mudik, dalam jarak beberapa meter antara warung satu dengan yang lainnya pasti ada warung makan atau tempat jajanan dan yang membikin saya heran adalah semua tempat makan itu rata-rata ramai dengan pembeli.
Hari-hari ini masih dalam suasana lebaran yang biasanya memang masih sepi karena banyak yang mudik tetapi di beberapa warung makan pinggir jalan sudah kelihatan antrian motor/mobil untuk beli makanan. Sampai-sampai saya berpikir... apakah mereka ini tidak masak di rumah ya..???
Hal ini sebetulnya tidak lepas dari kebiasaan orang Surabaya yang senang cangkruk "menghabiskan waktu dengan ngobrol-ngobrol ngalor ngidul". Saya yang sejak lahir tinggal di Surabaya sangat menikmati sekali saat-saat cangkruk ini. Disaat itu kita bisa ngobrol lepas tanpa perlu kuatir apapun.
Situasi seperti ini tentu saja menggembirakan karena dengan banyaknya pedagang dan pembeli maka bisa mengangkat perekonomian masyarakat sekitar. Saya ambil contoh perhitungan sederhana, semalam saya ber-empat makan di suatu warung kakli lima yang jualan sego sambel, sesuai namanya ini adalah sego "nasi" yang dihidangkan dengan beberapa lauk pilihan kita seperti bebek goreng, ayam, ati ampela, tempe, tahu, dll yang lalu dihidangkan dalam cobek dengan sambel yang banyak dan tentu saja pedas banget sambelnya.
Kalau dihitung misal rata-rata setiap makan 1 orang menghabiskan 20.000, dan dalam sehari bisa menghabiskan 500 porsi "mungkin bisa lebih" maka mereka bisa mendapatkan omzet 10.000.000 dan kalau margin min 30% maka dalam semalam aja mereka bisa mendapatkan 3.000.000, sungguh sebuah nilai yang sangat LUAR BIASA untuk usaha kaki lima seperti ini.
Satu lagi tempat cangkruk di mall yang represntatif kepunyaan pengusaha lokal atau PTPN XII. Tempat ini disebut Cafe Rolass atau dalam bahasa Indonesia artinya cafe dua belas "12" sesuai dengan nama perusahaan yang membidangi usaha ini yaitu PTPN XII. Cafe ini lambat laun bisa menjadi pesaing keras dari Starbuck Cafe kepunyaan orang luar. Dibeberapa mall-mall yang tersebar di beberapa kota besar Indonesia juga sudah ada cafe-cafe dengan nama lokal dengan kepemilikan pengusaha lokal seperti Bengawan Solo, Coffee Toffe, dll.
Semua hal diatas sangat menggembirakan sekali sebab akan bisa menambah lapangan pekerjaan dan yang lebih penting lagi adalah kita bisa mencintai produk lokal yang tidak kalah hebatnya dengan produk luar. Cara-cara seperti ini bisa dicontoh oleh pengusaha dari daerah lain dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Semoga langkah ini bisa segera diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya dan juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah terhadap keberadaan merek lokal ini
Salam sukses dunia akherat,
Ciamis – Surabaya bersama Iwan Fals – Tour De Java part 6